Langsung ke konten utama

Quantum Learning

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Istilah quantum, pada awalnya hanya digunakan oleh pakar fisika modern menjelang abad 20, kemudian berkembang secara luas merambat ke bidang-bidang kehidupan manusia lainnya. Dalam bidang pendidikan, muncul konsep belajar quantum yang berupaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun kelompok. Saat ini, mulai dirasakan bahwa kehidupan individu dan organisasi, bisnis atau social, sedang menghadapi tantangan global, yakni perubahan besar-besaran dalam seluruh aspek. Pembelajaran adalah sebuah integrasi yang bernilai pendidikan. Di dalam proses pembelajaran terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberi dorongan (motivasi) kepada siswa bila penyampaiannya menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian strategi pembelajaran dan metode yang bervariasi justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran
Selanjutnya, sebagai calon-calon guru tidak saja diperlukan kompetensi yang luas, namun diperlukan juga strategi-strategi yang harus dikuasai oleh calon-calon guru nantinya, dalam menghadapi proses belajar mengajar di kelas nantinya dengan peserta didik. Strategi belajar mengajar yang harus dikuasai oleh calon-calon guru tersebut mencakup Media Pembelajaran, bagaimana seorang guru nantinya memanfaatkan media-media yang ada dalam proses pembelajaran, selanjutnya ada Pendekatan Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Keterampilan Mengajar, dan yang terakhir ada yang namanya Model Pembelajaran.
Model pembelajaran quantum teaching adalah model yang digunakan dalam rancangan penyajian dalam belajar yang dirangkai menjadi sebuah paket yang multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Sesuai dengan definisi tersebut, maka dengan menerapkan model pembelajaran tersebut diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang lebih berkualitas karena dengan model ini peserta didik dimotivasi untuk mengembangkan potensi belajarnya.
1.2      Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari pembelajaran quantum?
2.    Bagaimana karakteristik pembelajaran quantum?
3.    Bagaimana konsep pengembangan pembelajaran quantum?
4.    Apa asas-asas pembelajaran quantum?
5.    Bagaimana nilai-nilai karaker dalam strategi pembelajaran quantum?
6.    Bagaimana prosedur pelaksanaan pembelajaran quantum?
7.    Apa keunggulan dan kelemahan pembelajaran quantum

1.3       Tujuan
1.    Mengetahui pengertian dari pembelajaran quantum
2.    Mengetahui karakteristik dasar pembelajaran quantum
3.    Mengetahui konsep pengembangan pembelajaran quantum
4.    Mengetahui asas-asas pembelajaran quantum
5.    Mengetahui nilai-nilai karakter dalam strategi pembelajaran quantum
6.    Mengetahui prosedur pelaksanaan pembelajaran quantum
7.    Mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran quantum










BAB II
PEMBAHASAN

1.1       Pengertian dari Pembelajaran Quantum
            Menurut Suyatno (2009:39) bahwa metode quantum diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder and Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson and Johnson), dan Elements of Effective Instruction (Hunter). Pembelajaran quantum mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas pembelajaran quantum. Menurut pembelajaran quantum, proses belajar mengajar adalah suatu fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti -setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi- dan sampai sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung.[1]
            Konsep belajar quantum mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki potensi otak yang relatif sama, tinggal bagaimana mereka mengolahnya. Bila seorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan pembelajaran yang sesuai, maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan akan memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran quantum merancang proses secara alami dengan mengombinasikan unsur keterampilan akademis, prestasi fisik, dan keterampilan dalam hidup. Falsafah dasarnya bahwa agar belajar bisa berhasil dengan efektif, maka aktivitas belajar harus menyenangkan. Untuk mendukung falsafah ini dipersiapkan lingkungan yang kondusif, sehingga semua siswa merasa penting, aman, dan nyaman.[2]


2.2       Karakteristik Pembelajaran Quantum
            Suyatno (2009:40) mengatakan bahwa dalam metode pembelajaran quantum, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi dan konteks dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum mengemukakan, akui setiap usaha pembelajar, dan kelayakan dalam pembelajaran. Pembelajaran quantum mengutamakan konteks dan isi. Konteks tersebut berisi tentang:
1.         Suasana yang memberdayakan
2.         Landasan yang kukuh
3.         Lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar dinamis.
Adapun isi terdiri atas:
1.         Penyajian yang prima
2.         Fasilitas yang luwes
3.         Keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.[3]

Agar proses pembelajaran dengan model quantum teaching ini dapat benar-benar sedinamis mungkin. Maka, perlu melalui tahap-tahapan di bawah ini yang sering dikenal sebagai kerangka rancangan quantum teaching TANDUR yaitu :

1.         Tahap pertama: Tumbuhkan
Pada langkah ini guru harus menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa. Yang mana motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi, terarah dan tahan lama.[4] Dan memberi tahu siswa bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri, mengaitkan pelajarn dengan masa depan dan berguna dalam dunia nyata. Sehingga mereka tahu apa manfaat dari apa yang sdang mereka pelajari bagi diri mereka biasannya dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).

2.         Tahap Kedua : Alami
Guru memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Karena pengalaman membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakan beberapa pertanyaan dalam benak mereka. Saat pengalaman terbentang, guru mengumpulkan informasi untuk memaknai pengalaman tersebut. Informasi ini membuat yang abstrak menjadi konkrit.

3.         Tahap Ketiga : Namai
Setelah membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat memuaskan keingintahuan siswa. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru menyediakn kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.

4.         Tahap Keempat : Demonstrasi
Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Guru memberikan peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka serta mampu memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru saja mereka miliki.

5.         Tahap Kelima : Ulangi
Siswa diberi kesempatan untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain. Tentunya, dengan menggunakan cara yang berbeda dari asalnya. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Dan tentunya menunjukan pelajar cara-cara mengulang materi yang telah dibahas.

6.         Tahap Keenam: Rayakan
Pada langkah terakhir ini, saatnya untuk memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa. Perayaan disini dapat dilakukan dengan memberikan pujian, bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas dll.[5]

2.3       Konsep Pengembangan Pembelajaran Quantum
            Berikut merupakan model pembelajaran quantum:
1.         Belajar Tentang Cara Belajar
Teori belajar quantum membekali para peserta didik dengan pengetahuan tentang berbagai gaya belajar sesuai dengan modalitas masing-masing peserta didik. Pengetahuan dalam bidang inilah yang dikenal dengan istilah “belajar cara belajar”. Cara belajar yang dipelajari dalam teori ini adalah tekhnik membaca, membuat catatan efektif, menulis canggih dan menghafal secara menakjubkan. (DePorter dan Hernaki, 2009)[6]
2.         Belajar Secara Menyeluruh (Global Learning)
Global learning merupakan cara efektif dan alamiah bagi seseorang untuk memepelajari sesuatu. Kemampuan otak seorang anak hingga usia enam atau tujuh tahun dalam belajar ibarat spons: menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas stress. Proses ini bisa diperkuat dengan adanya umpan dan rangsangan positif dari lingkungan.
Pada dasarnya, semua orang dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tinggi, dan semua orang dibekali Tuhan seperangkat alat yang diperlukan untuk memuaskannya. Sebagai contoh bisa dilihat pada kehidupan seorang bayi. Ketika bayi diberi mainan baru, ia meneliti dengan saksama. Ia memasukkannya ke dalam mulut untuk mengetahui rasanya. Ia menggoyangkannya, mengangkatnya, dan memutarkannya perlahan-lahan, sehingga ia bisa melihat bagaimana setiap sisinya terkena cahaya. Ia menempelkannya di telinga, menjatuhkannya ke lantai dan mengambilnya kembali, membongkar bagian –bagiannya dan menyelidikinya satu demi satu. Proses belajar dengan melakukan “penelitian” seperti ini disebut belajar secraa menyeluruh (global learning).
Pada usia enam atau tujuh tahun, seorang anak menjalani apa yang oleh pakar pendidikan dianggap sebagai tugas belajar tersulit yang dapat dilakukan oleh manusia, dia belajar membaca. Dia melakukan semua ini berkat kekuatan luar biasa otaknya. Lalu pada suatu hari, mungkin di kelas satu atau kelas dua, dia duduk di kelas dan guru berkata, “siapa yang dapat menjawab pertanyaan ini?” Dia mengacungkan tangan sambil bergeser ke ujung tempat duduknya dengan bersemangat hingga guru itu memanggil namanya. Dengan penuh keyakinan dia menjawabnya. Lalu dia mendengar beberapa anak tertawa dan guru berkata, “tidak, itu salah. Saya heran melihatmu!” Anak tadi merasa malu sekali dihadapan teman-temannya karena merasa telah dipermalukan oleh gurunya, yang merupakan salah seorang tokoh penting dalam hidupnya pada saat itu. Keyakinan anak tersebut terguncang, dan benih-benih keraguan mulai tertanam dalam jiwanya. Bagi banyak orang inilah awal terbentuknya citra diri negatif. Bila hal itu terjadi, maka bisa dipastikan sejak saat itu, belajar menjadi tugas berat. Keraguan tumbuh dalam dirinya dan dia mulai mengurangi resiko sedikit demi sedikit. [7]
3.         AMBAK
AMBAK adalah singkatan dari “Apa Manfaatnya BAgiKu”. Sebelum seseorang melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari –hari, termasuk aktivitas belajar, konsep Quantum Learning menyarankan untuk mengajukan pertanyaan pada diri sendiri, “Apa manfaatnya bagiku?” Mulai dari pekerjaan sehari-hari yang paling sederhana hingga yang monumental yang mengubah hidup. Segala sesuatu harus menjanjikan manfaat pribadi. Bila tidak, bisa saja seseorang merasa tak mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi untuk melakukan sesuatu yang diperoleh dari latihan mental ini disebut dengan “AMBAK”. Bila seorang siswa mempelajari keterampilan baru, maka ia tak akan termotivasi mengambil tindakan AMBAK mengabaikan manfaat dan resikonya atau tidak lebih mengabaikan manfaat dari alternatif lainnya. Kadang –kadang AMBAK sangat jelas dalam benak siswa, dan di lain waktu ia harus mencarinya, atau bahkan menemukannya begitu saja.
Ketika seorang siswa bertanya “apa manfaatnya bagiku?” pastikan untuk memasukkan perayaan dalam jawabannya. Mengapa? Beberapa siswa, ketika melihat tujuan yang pencapaiannya masih jauh di depan, sering kali menjadi pesimis dan putus asa, karena merasa terlalu sulit bahkan mustahil untuk bisa diraih. Kemudian, ketika siswa tersebut telah berhasil mencapainya, maka hal itu tak lagi tampak sesuatu terlalu sulit. Ketika seorang siswa sudah menyelesaikan suatu pekerjaan, maka penting baginya untuk merayakan prestasi tersebut. Ini akan memberikan perasaan sukses, berhasil, penyelesaian dan kepercayaan, yang akan membangun motivasi baginya untuk meraih tujuan berikutnya. Perayaan harus menjadi aspek penting dalam AMBAK setiap orang.[8]
2.4       Asas-Asas Pembelajaran Quantum
1.         Melibatkan Emosi Positif dalam Belajar
Banyak penelitian yang menunjukan bahwa emosi positif sangat membantu keberhasilan peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh Goleman menunjukan bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan sarf otak kurang dari yang dibutuhkan untuk “merekatkan” pelajaran kedalam ingaan. Penelitian lain menunjukan bahwa ketelibatan emosi mampu memperbesar memori ingatan jangka panjang. (Hamruni, 2009)
Untuk melibatkan emosi dalam pembelajarn, guru harus menciptakan keenangan dalam belajar dengan cara menjalin hubungan  dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Dalam hal ini terdapat 3 langkah untuk menciptalkan suasana belajar ersebut yakni:
-          Afirmasi
Cara ini diyakini mampu menambah lebih banyak kegembiraan dan cara efektif untuk menggapai suara hati peserta didik lebih dalam. Sebab pada dasarnya sepanjang proses pembelajaran, hati peserta didik bersuara tiada henti. Dan biasanya ini disebu sebagai dialog internal, atau dalam bahasa Vygotsky disebut inner space.
-          Mengakui
Pada dasarnya setiap orang mengakui ketika mendapat pengakuan akan merasa senang, bangga, percaya diri dan termotivasi. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan peserta didik juga akan meningka karena pengakuan guru (Hamruni, 2009)
-          Merayakan Kerja Keras
Merayakan keberhasilan setelah bekerja keras akan memotivasi peserta didik untuk melakukan pekerjaan yang lain. Hal ini karena perayaan akan memberikan kesan takjub pada setiap keberhasilan yang diraih, meskipun sederhana.

2.         Maksimalisasi Fungsi Otak
Dalam satu tujuan dari tahap persiapan siklus Accelerated Learning adalah menciptakan perasaan (emosi) positif dalam diri pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kerja sistem limbic dalam otak. Sebab fungsi otak bagian ini mendorong yang bersangkutan untuk bekerja sama, bukannnya bersaing. Disamping itu disetiap pembelajaran harus melibatkan fungsi neokorteks otak. Sebab optimalisasi bagian otak ini dapat membantu cara berfikir, mengolah informasi, berimajinasi, dan menciptakan makna serta nilai bagi dirinya sendiri.[9]

3.         Memadukan S-A-V-I dalam Pembelajaran
Pendekatan SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut Belajar Berbasis Aktivitas (BBA). Artinya belajar dengan bergerak aktif dengan memenfaatkan indera sebanyak munkin dan membuat seluruh tubuh dan fikiran erlibat dalam prosesn belajar. Oleh karena itu proses pembelajaran harus menggabungkan antara gerakan fisik dan seluruh indera yang ada inilah yang disebut dengan model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) dalam pembelajaran.

2.5       Nilai-Nilai Karaker dalam Strategi Pembelajaran Quantum
            Terdapat beberapa nilai karakter yang dicanangkan Kemendikbud:
1.         Menghargai Prestasi
Strategi pembelajaran quantum mewajibkan guru untuk menghargai pendapat maupun prestasi peserta didik semaksimal munkin. Bahkan setiap kali peserta didik berhasil meraih prestasi tertentu, sebaiknya dirayakan dengan penuh kegembiraan. Inilah nilai karakter terbesar dalam penerapan strategi pembelajaran quantum.
2.         Kreatif dan Inovatif
Suasana belajar yang menyenangkan secara tidak langsung memberi kebebasan berfikir yang seluas-luasnya, tanpa rasa beban takut salah. Kebebasan berfikir dalam iklim pembelajaran yang demikian sangat kondusif untuk memacu berfikir kreatif dan imajinatif.

3.         Mandiri
Konsep ‘AMBAK’ mencerminkan sikap kemandirian yang teguh. Bahkan konsep ini menjadi daya motivasi dan semangat tersendiri dalam memulai setiap pembelajaran.

4.         Rasa Ingin Tahu
Pikiran kreatif dan imajinatif secara otomatis akan menaikkan rasa ingin tahu yang lebih tinggi. Terlebih lagi kebebasan berfikir yang memadai akan mendorong dipenuhinya rasa ingin tahu tersebut. [10]

2.6       Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Quantum
            Berdasarkan pembahasan strategi pembelajaran quantum dapat disusun prosedur untuk melaksanakan nya, yakni:


1.         Menciptakan Suasana Pembelajaran Alamiah yang Rileks dan Tanpa Beban
Suasana ini dapat diwujudkan dengan mengatur ruang kelas sesuai dengan kenyamanan peserta didik. Dibalik pengkondisian suasana belajar ini, dimaksudkan agar guru mampu menanamkan nilai-nilai karakter, seperti rasa ingin tahu, gemar membaca, dan kreaivitas.

2.         Menggunakan Bahasa Komunikatif dan Sportif
Bahasa yang komunikatif sesuai dengan perkembangan bahasa peserta didik akan memperdekat hubungan guru dan peserta didik, sehingga tanya jawab antara guru dan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik berlangsung secara alamiah, fleksibel dan menyenangkan ketika mengajar. Namun guru harus tetap menjaga kode etik, sehingga tidak memicu reaksi peserta didik yang berlebihan.

3.         Setiap Aktivitas Pembelajaran Diiringi dengan Musik yang Sesuai
Penelitian yang dilakukan oleh Dee Dickison, seorang pendiri New Horizon for Learning, yaitu jaringan pendidikan Internasional Nirlaba yang berkedudukan di Washington, menyatakan bahwa sekolah yang mengintegerasikan pelajaran music dalam kurikulum sejak taman kanak-kanak mampu meningkatkan kecerdasan spasial dan logika. Dibalik kekuatan  musik untuk mengiringi belajar dimaksudkan guru mampu menanamkan nilai-nilai karakter siswa. Kecerdasan siswa dapat menolong kesulitan belajarnya. Munzert, A.W. (1994) mengartikan kecerdasan sebagai sikap intelektual mencakup kecepatan, memberikan jawaban, penyelesaian, dan kemampuan memecahkan masalah.[11]

4.         Merangsang Imajinasi Peserta Didik
Upaya merangsang imajinasi bertujuan untuk menemukan cara-cara mengerjakan tugas lebih kreatif, inovatif dan menajubkan. Strategi ini dapat dilakukan dengan menghubungkan dua benda yang tampak nya tidak berkaitan, kemudian peserta didik diminta untuk menghubungkan bahkan menyatukannya.[12]

2.7       Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Quantum
1.         Keunggulan Pembelajaran Quantum
·      Melibatkan teknologi pendidikan terkini karena mempunyai basis Neurosains (cara kerja otak) yang kuat.
·      Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi pelajaran sesuai modalitas belajar (SAVI) yang dimiliki masing-masing peserta didik.
·      Strategi pembelajaran quantum memberi peluang kepada semua peserta didik untuk mencapai lompatan prestasi belajar secara menakjubkan.
·      Setiap upaya belajar peserta didik dihargai dengan reward yang sepadan, sehingga peserta didik semakin termotivasi belajar untuk mendapatkan reward sebaik-baiknya.[13]

2.         Kelemahan Pembelajaran Quantum
·      Lebih menekankan kepada kompetisi individual dalam mencapai prestasi belajar, sehingga aspek sosial dan kerja sama kurang berkembang.
·      Lebih menekankan prestasi belajar dalam hal akademik intelektual, namun kurang menaruh perhatian pada aspek moral, karakter, kepribadian maupun akhlak.[14]





BAB III
KESIMPULAN

          Kami menyimpulkan bahwa pembelajaran quantum merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Bobby DePorter dan Mike Hernacki yang mengedepankan pembelajaran yang imajinatif dan teknik-teknik yang efektif dalam belajar. Asas utama pembelajaran quantum learning adalah membawa dunia siswa ke dalam dunia guru, dan mengantarkan dunia guru ke dunia siswa dengan prinsip utama subjek belajar adalah siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, sehingga guru harus memahami potensi siswa terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa- peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
Pada dasarnya siswa selalu menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari, mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan.









DAFTAR PUSTAKA

Istarani & Muhammad Ridwan, 50 Tipe, Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif, (Medan:Media Persada,2015),
Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani,2012)
Mardianto,Psikologi Pendidikan. (Medan:Perdana Publishing, 2012)
Istarani & Muhammad Ridwan, 50 Tipe, Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif, (Medan:Media Persada,2015)
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2013)
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung:CV.Alfabeta, 2009)











[1] Istarani & Muhammad Ridwan, 50 Tipe, Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif, (Medan:Media Persada,2015), h. 29-30
[2] Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani,2012) h.55-56
[3] Op,Cit. h.30
[4] Mardianto,Psikologi Pendidikan. (Medan:Perdana Publishing, 2012)h.186
[5] Istarani & Muhammad Ridwan, 50 Tipe, Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif, (Medan:Media Persada,2015), h. .31-32
[6] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2013).h.99
[7] Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani,2012) h.58
[8] Ibid, h.64
[9] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2013).h.100-102
[10] Ibid,104-105
[11] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung:CV.Alfabeta, 2009) h.82
[12] Op,Cit, h.106-109
[13] Ibid, h.112-113
[14] Ibid, h.113

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode Pembelajaran Bahasa Inggris SD

PENDAHULUAN Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas sudah menjadi seolah-olah sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Interaksi tersebut salah satunya dalam bentuk komunikasi. Komunikasi melalui media saat ini sudah menjadi suatu budaya. Media yang biasa digunakan adalah media audio, visual dan audio visual. Perkembangan interaksi antar manusia melalui media semakin maju seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju . Dimana sains memberi kontribusi terbesar bagi perkembangan teknologi media. Media audio, visual dan audio visual menjadi suatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Semua media tersebut berbasis pada teknologi informasi. Informasi yang disampaikan melalui media memberi warna baru pada peradaban umat manusia.  Perkembangan mobilitas komunikasi dan informasi yang kian cepat memerlukan kesiapan semua pihak untuk mengembangkan kemampuan...

Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup Makalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi menjadi perbincangan menarik. Menarik untuk didukung dan ditolak. Begitulah keragaman pemahaman tentang demokrasi. Terlebih lagi, kita terlena dengan pemaknaan keberagaman tanpa ada nilai saling memahami. Dengan begitu, dibutuhkan pemahaman yang lebih universal terkait demokrasi tersebut. Sebut saja, demokrasi sebagai sebuah pandangan hidup. Besar dampak positifnya apabila demokrasi menjadi sebuah pandangan hidup. Ketika demokrasi sudah menjadi pandangan hidup, apapun yang akan dilakukan, meliputi metode/cara dan media yang akan dipergunakan untuk mencapai tujuan menjadi lebih baik. Misalnya dalam PEMILU. Pemilu bertujuan memilih pemimpin secara Luber Jurdil (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, Adil). Bagaimana realitanya? Jauh dari harapan. Besar kemungkinan, kita (masyarakat) Indonesia berdemokrasi secara sistemik/prosedural saja tetapi tidak/belum mempunyai pandangan hidup berdemokrasi. Harusnya pemilih bebas memilih wakiln...

Maxim of Manner

CHAPTER I INTRODUCTION A.     Background of study Language is a tool that is most important for communication between humans. In other words, human beings will depend on a language and remember also that human beings are social creatures who can not live without the other. In this case surely there will be an inter-human interaction (communication) for various purposes. In essence, learning a language is learning to communicate. Therefore, the learning of English in schools geared to improve students' ability to communicate. Language as a means of communication used in a variety of functions and presented in a meaningful context and not in the form of loose sentences. Everyone cannot avoid communication. Whatever we say, both verbal and non-verbal will be considered as a message to others who always watch our movements and regard it as a symbol of what we think that we gain some idea of ​​what other people were thinking. By studying communication, we can make p...