BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah
quantum, pada awalnya hanya digunakan oleh pakar fisika modern menjelang abad
20, kemudian berkembang secara luas merambat ke bidang-bidang kehidupan manusia
lainnya. Dalam bidang pendidikan, muncul konsep belajar quantum yang berupaya
untuk meningkatkan proses pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun
kelompok. Saat ini, mulai dirasakan bahwa kehidupan individu dan organisasi,
bisnis atau social, sedang menghadapi tantangan global, yakni perubahan besar-besaran
dalam seluruh aspek. Pembelajaran adalah sebuah integrasi yang bernilai
pendidikan. Di dalam proses pembelajaran terjadi interaksi edukatif antara guru
dan siswa, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas.
Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberi dorongan (motivasi)
kepada siswa bila penyampaiannya menggunakan model pembelajaran yang kurang
tepat. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian strategi
pembelajaran dan metode yang bervariasi justru akan mempersulit bagi guru dalam
mencapai tujuan pengajaran
Selanjutnya, sebagai calon-calon guru tidak
saja diperlukan kompetensi yang luas, namun diperlukan juga strategi-strategi
yang harus dikuasai oleh calon-calon guru nantinya, dalam menghadapi proses
belajar mengajar di kelas nantinya dengan peserta didik. Strategi belajar
mengajar yang harus dikuasai oleh calon-calon guru tersebut mencakup Media
Pembelajaran, bagaimana seorang guru nantinya memanfaatkan media-media yang ada
dalam proses pembelajaran, selanjutnya ada Pendekatan Pembelajaran, Metode
Pembelajaran, Keterampilan Mengajar, dan yang terakhir ada yang namanya Model
Pembelajaran.
Model pembelajaran quantum teaching adalah model yang digunakan
dalam rancangan penyajian dalam belajar yang dirangkai menjadi sebuah paket
yang multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, mencakup
petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang
kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Sesuai dengan
definisi tersebut, maka dengan menerapkan model pembelajaran tersebut diharapkan
mampu menghasilkan peserta didik yang lebih berkualitas karena dengan model ini
peserta didik dimotivasi untuk mengembangkan potensi belajarnya.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari pembelajaran quantum?
2. Bagaimana
karakteristik pembelajaran quantum?
3. Bagaimana konsep pengembangan pembelajaran quantum?
4. Apa asas-asas pembelajaran quantum?
5. Bagaimana
nilai-nilai karaker dalam strategi pembelajaran quantum?
6. Bagaimana
prosedur pelaksanaan pembelajaran quantum?
7. Apa
keunggulan dan kelemahan pembelajaran quantum
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengertian dari pembelajaran quantum
2. Mengetahui
karakteristik dasar pembelajaran quantum
3. Mengetahui
konsep pengembangan pembelajaran quantum
4. Mengetahui
asas-asas pembelajaran quantum
5. Mengetahui
nilai-nilai
karakter dalam strategi pembelajaran quantum
6. Mengetahui
prosedur pelaksanaan pembelajaran quantum
7. Mengetahui
keunggulan dan kelemahan pembelajaran quantum
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian dari Pembelajaran Quantum
Menurut
Suyatno (2009:39) bahwa metode quantum diciptakan berdasarkan teori pendidikan
seperti Accelerated Learning (Lozanov),
Multiple Intelligences
(Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder
and Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson and Johnson), dan Elements of Effective Instruction (Hunter). Pembelajaran quantum
mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam
melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu
pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas pembelajaran quantum. Menurut
pembelajaran quantum, proses belajar mengajar adalah suatu fenomena yang
kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti -setiap kata, pikiran, tindakan, dan
asosiasi- dan sampai sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi dan
rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung.[1]
Konsep belajar quantum mengungkapkan
bahwa setiap orang memiliki potensi otak yang relatif sama, tinggal bagaimana
mereka mengolahnya. Bila seorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan
pembelajaran yang sesuai, maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan akan
memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran quantum merancang proses secara
alami dengan mengombinasikan unsur keterampilan akademis, prestasi fisik, dan
keterampilan dalam hidup. Falsafah dasarnya bahwa agar belajar bisa berhasil
dengan efektif, maka aktivitas belajar harus menyenangkan. Untuk mendukung
falsafah ini dipersiapkan lingkungan yang kondusif, sehingga semua siswa merasa
penting, aman, dan nyaman.[2]
2.2 Karakteristik
Pembelajaran Quantum
Suyatno
(2009:40) mengatakan bahwa dalam metode pembelajaran quantum, yang dipentingkan
adalah pemercepatan belajar, fasilitasi dan konteks dengan prinsip segalanya
berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum mengemukakan, akui setiap
usaha pembelajar, dan kelayakan dalam pembelajaran. Pembelajaran quantum
mengutamakan konteks dan isi. Konteks tersebut berisi tentang:
1.
Suasana yang memberdayakan
2.
Landasan yang kukuh
3.
Lingkungan yang mendukung dan rancangan
belajar dinamis.
Adapun
isi terdiri atas:
1.
Penyajian yang prima
2.
Fasilitas yang luwes
3.
Keterampilan belajar untuk belajar dan
keterampilan hidup.[3]
Agar
proses pembelajaran dengan model quantum teaching ini dapat benar-benar
sedinamis mungkin. Maka, perlu melalui tahap-tahapan di bawah ini yang sering
dikenal sebagai kerangka rancangan quantum teaching TANDUR yaitu :
1.
Tahap
pertama: Tumbuhkan
Pada
langkah ini guru harus menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa. Yang
mana motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku.
Artinya prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi, terarah dan
tahan lama.[4]
Dan memberi tahu siswa bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas pendidikan
mereka sendiri, mengaitkan pelajarn dengan masa depan dan berguna dalam dunia
nyata. Sehingga mereka tahu apa manfaat dari apa yang sdang mereka pelajari
bagi diri mereka biasannya dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).
2.
Tahap
Kedua : Alami
Guru
memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk
menjelajah. Karena pengalaman membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakan
beberapa pertanyaan dalam benak mereka. Saat pengalaman terbentang, guru
mengumpulkan informasi untuk memaknai pengalaman tersebut. Informasi ini
membuat yang abstrak menjadi konkrit.
3.
Tahap
Ketiga : Namai
Setelah
membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka
penamaan dapat memuaskan keingintahuan siswa. Penamaan memuaskan hasrat alami
otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan
merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru
menyediakn kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.
4.
Tahap
Keempat : Demonstrasi
Guru
diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa
mereka tahu. Guru memberikan peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan
pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan
mereka serta mampu memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan
yang baru saja mereka miliki.
5.
Tahap
Kelima : Ulangi
Siswa
diberi kesempatan untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain.
Tentunya, dengan menggunakan cara yang berbeda dari asalnya. Pengulangan
memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”.
Dan tentunya menunjukan pelajar cara-cara mengulang materi yang telah dibahas.
6.
Tahap
Keenam: Rayakan
Pada
langkah terakhir ini, saatnya untuk memberikan penghormatan atas usaha,
keberhasilan dan ketekunan yang dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan
memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa. Perayaan disini dapat
dilakukan dengan memberikan pujian, bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas dll.[5]
2.3 Konsep
Pengembangan Pembelajaran Quantum
Berikut
merupakan model pembelajaran quantum:
1.
Belajar
Tentang Cara Belajar
Teori belajar quantum membekali para
peserta didik dengan pengetahuan tentang berbagai gaya belajar sesuai dengan
modalitas masing-masing peserta didik. Pengetahuan dalam bidang inilah yang
dikenal dengan istilah “belajar cara belajar”. Cara belajar yang dipelajari
dalam teori ini adalah tekhnik membaca, membuat catatan efektif, menulis
canggih dan menghafal secara menakjubkan. (DePorter dan Hernaki, 2009)[6]
2.
Belajar
Secara Menyeluruh (Global Learning)
Global learning merupakan cara efektif
dan alamiah bagi seseorang untuk memepelajari sesuatu. Kemampuan otak seorang
anak hingga usia enam atau tujuh tahun dalam belajar ibarat spons: menyerap
berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara
yang menyenangkan dan bebas stress. Proses ini bisa diperkuat dengan adanya
umpan dan rangsangan positif dari lingkungan.
Pada dasarnya, semua orang dilahirkan
dengan rasa ingin tahu yang tinggi, dan semua orang dibekali Tuhan seperangkat
alat yang diperlukan untuk memuaskannya. Sebagai contoh bisa dilihat pada
kehidupan seorang bayi. Ketika bayi diberi mainan baru, ia meneliti dengan
saksama. Ia memasukkannya ke dalam mulut untuk mengetahui rasanya. Ia
menggoyangkannya, mengangkatnya, dan memutarkannya perlahan-lahan, sehingga ia
bisa melihat bagaimana setiap sisinya terkena cahaya. Ia menempelkannya di
telinga, menjatuhkannya ke lantai dan mengambilnya kembali, membongkar bagian
–bagiannya dan menyelidikinya satu demi satu. Proses belajar dengan melakukan
“penelitian” seperti ini disebut belajar secraa menyeluruh (global learning).
Pada usia enam atau tujuh tahun, seorang
anak menjalani apa yang oleh pakar pendidikan dianggap sebagai tugas belajar
tersulit yang dapat dilakukan oleh manusia, dia belajar membaca. Dia melakukan
semua ini berkat kekuatan luar biasa otaknya. Lalu pada suatu hari, mungkin di
kelas satu atau kelas dua, dia duduk di kelas dan guru berkata, “siapa yang dapat
menjawab pertanyaan ini?” Dia mengacungkan tangan sambil bergeser ke ujung
tempat duduknya dengan bersemangat hingga guru itu memanggil namanya. Dengan
penuh keyakinan dia menjawabnya. Lalu dia mendengar beberapa anak tertawa dan
guru berkata, “tidak, itu salah. Saya heran melihatmu!” Anak tadi merasa malu
sekali dihadapan teman-temannya karena merasa telah dipermalukan oleh gurunya,
yang merupakan salah seorang tokoh penting dalam hidupnya pada saat itu.
Keyakinan anak tersebut terguncang, dan benih-benih keraguan mulai tertanam
dalam jiwanya. Bagi banyak orang inilah awal terbentuknya citra diri negatif.
Bila hal itu terjadi, maka bisa dipastikan sejak saat itu, belajar menjadi
tugas berat. Keraguan tumbuh dalam dirinya dan dia mulai mengurangi resiko
sedikit demi sedikit. [7]
3.
AMBAK
AMBAK adalah singkatan dari “Apa
Manfaatnya BAgiKu”. Sebelum seseorang melakukan berbagai aktivitas dalam
kehidupan sehari –hari, termasuk aktivitas belajar, konsep Quantum Learning menyarankan untuk mengajukan pertanyaan pada diri
sendiri, “Apa manfaatnya bagiku?” Mulai dari pekerjaan sehari-hari yang paling
sederhana hingga yang monumental yang mengubah hidup. Segala sesuatu harus
menjanjikan manfaat pribadi. Bila tidak, bisa saja seseorang merasa tak
mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi untuk melakukan sesuatu yang
diperoleh dari latihan mental ini disebut dengan “AMBAK”. Bila seorang siswa
mempelajari keterampilan baru, maka ia tak akan termotivasi mengambil tindakan
AMBAK mengabaikan manfaat dan resikonya atau tidak lebih mengabaikan manfaat
dari alternatif lainnya. Kadang –kadang AMBAK sangat jelas dalam benak siswa,
dan di lain waktu ia harus mencarinya, atau bahkan menemukannya begitu saja.
Ketika seorang siswa bertanya “apa
manfaatnya bagiku?” pastikan untuk memasukkan perayaan dalam jawabannya.
Mengapa? Beberapa siswa, ketika melihat tujuan yang pencapaiannya masih jauh di
depan, sering kali menjadi pesimis dan putus asa, karena merasa terlalu sulit
bahkan mustahil untuk bisa diraih. Kemudian, ketika siswa tersebut telah
berhasil mencapainya, maka hal itu tak lagi tampak sesuatu terlalu sulit.
Ketika seorang siswa sudah menyelesaikan suatu pekerjaan, maka penting baginya
untuk merayakan prestasi tersebut. Ini akan memberikan perasaan sukses,
berhasil, penyelesaian dan kepercayaan, yang akan membangun motivasi baginya
untuk meraih tujuan berikutnya. Perayaan harus menjadi aspek penting dalam
AMBAK setiap orang.[8]
2.4 Asas-Asas Pembelajaran
Quantum
1.
Melibatkan
Emosi Positif dalam Belajar
Banyak penelitian yang menunjukan bahwa
emosi positif sangat membantu keberhasilan peserta didik. Penelitian yang
dilakukan oleh Goleman menunjukan bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan sarf
otak kurang dari yang dibutuhkan untuk “merekatkan” pelajaran kedalam ingaan.
Penelitian lain menunjukan bahwa ketelibatan emosi mampu memperbesar memori
ingatan jangka panjang. (Hamruni, 2009)
Untuk melibatkan emosi dalam
pembelajarn, guru harus menciptakan keenangan dalam belajar dengan cara
menjalin hubungan dan menyingkirkan
segala ancaman dari suasana belajar. Dalam hal ini terdapat 3 langkah untuk
menciptalkan suasana belajar ersebut yakni:
-
Afirmasi
Cara ini diyakini mampu
menambah lebih banyak kegembiraan dan cara efektif untuk menggapai suara hati
peserta didik lebih dalam. Sebab pada dasarnya sepanjang proses pembelajaran,
hati peserta didik bersuara tiada henti. Dan biasanya ini disebu sebagai dialog
internal, atau dalam bahasa Vygotsky disebut inner space.
-
Mengakui
Pada dasarnya setiap
orang mengakui ketika mendapat pengakuan akan merasa senang, bangga, percaya
diri dan termotivasi. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan peserta didik
juga akan meningka karena pengakuan guru (Hamruni, 2009)
-
Merayakan
Kerja Keras
Merayakan keberhasilan
setelah bekerja keras akan memotivasi peserta didik untuk melakukan pekerjaan
yang lain. Hal ini karena perayaan akan memberikan kesan takjub pada setiap keberhasilan
yang diraih, meskipun sederhana.
2.
Maksimalisasi
Fungsi Otak
Dalam
satu tujuan dari tahap persiapan siklus Accelerated
Learning adalah menciptakan perasaan (emosi) positif dalam diri pembelajar.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kerja sistem limbic dalam otak. Sebab fungsi otak bagian ini mendorong yang
bersangkutan untuk bekerja sama, bukannnya bersaing. Disamping itu disetiap
pembelajaran harus melibatkan fungsi neokorteks
otak. Sebab optimalisasi bagian otak ini dapat membantu cara berfikir, mengolah
informasi, berimajinasi, dan menciptakan makna serta nilai bagi dirinya
sendiri.[9]
3.
Memadukan
S-A-V-I dalam Pembelajaran
Pendekatan
SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut Belajar
Berbasis Aktivitas (BBA). Artinya belajar dengan bergerak aktif dengan
memenfaatkan indera sebanyak munkin dan membuat seluruh tubuh dan fikiran
erlibat dalam prosesn belajar. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
menggabungkan antara gerakan fisik dan seluruh indera yang ada inilah yang
disebut dengan model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) dalam
pembelajaran.
2.5 Nilai-Nilai
Karaker dalam Strategi Pembelajaran Quantum
Terdapat beberapa nilai karakter
yang dicanangkan Kemendikbud:
1.
Menghargai
Prestasi
Strategi
pembelajaran quantum mewajibkan guru untuk menghargai pendapat maupun prestasi
peserta didik semaksimal munkin. Bahkan setiap kali peserta didik berhasil
meraih prestasi tertentu, sebaiknya dirayakan dengan penuh kegembiraan. Inilah
nilai karakter terbesar dalam penerapan strategi pembelajaran quantum.
2.
Kreatif
dan Inovatif
Suasana
belajar yang menyenangkan secara tidak langsung memberi kebebasan berfikir yang
seluas-luasnya, tanpa rasa beban takut salah. Kebebasan berfikir dalam iklim
pembelajaran yang demikian sangat kondusif untuk memacu berfikir kreatif dan
imajinatif.
3.
Mandiri
Konsep
‘AMBAK’ mencerminkan sikap kemandirian yang teguh. Bahkan konsep ini menjadi
daya motivasi dan semangat tersendiri dalam memulai setiap pembelajaran.
4.
Rasa
Ingin Tahu
Pikiran
kreatif dan imajinatif secara otomatis akan menaikkan rasa ingin tahu yang
lebih tinggi. Terlebih lagi kebebasan berfikir yang memadai akan mendorong
dipenuhinya rasa ingin tahu tersebut. [10]
2.6 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Quantum
Berdasarkan
pembahasan strategi pembelajaran quantum dapat disusun prosedur untuk
melaksanakan nya, yakni:
1.
Menciptakan
Suasana Pembelajaran Alamiah yang Rileks dan Tanpa Beban
Suasana
ini dapat diwujudkan dengan mengatur ruang kelas sesuai dengan kenyamanan
peserta didik. Dibalik pengkondisian suasana belajar ini, dimaksudkan agar guru
mampu menanamkan nilai-nilai karakter, seperti rasa ingin tahu, gemar membaca,
dan kreaivitas.
2.
Menggunakan
Bahasa Komunikatif dan Sportif
Bahasa
yang komunikatif sesuai dengan perkembangan bahasa peserta didik akan
memperdekat hubungan guru dan peserta didik, sehingga tanya jawab antara guru
dan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik berlangsung secara
alamiah, fleksibel dan menyenangkan ketika mengajar. Namun guru harus tetap
menjaga kode etik, sehingga tidak memicu reaksi peserta didik yang berlebihan.
3.
Setiap
Aktivitas Pembelajaran Diiringi dengan Musik yang Sesuai
Penelitian
yang dilakukan oleh Dee Dickison, seorang pendiri New Horizon for Learning, yaitu jaringan pendidikan Internasional
Nirlaba yang berkedudukan di Washington, menyatakan bahwa sekolah yang
mengintegerasikan pelajaran music dalam kurikulum sejak taman kanak-kanak mampu
meningkatkan kecerdasan spasial dan logika. Dibalik kekuatan musik untuk mengiringi belajar dimaksudkan
guru mampu menanamkan nilai-nilai karakter siswa. Kecerdasan siswa dapat
menolong kesulitan belajarnya. Munzert, A.W. (1994) mengartikan kecerdasan
sebagai sikap intelektual mencakup kecepatan, memberikan jawaban, penyelesaian,
dan kemampuan memecahkan masalah.[11]
4.
Merangsang
Imajinasi Peserta Didik
Upaya
merangsang imajinasi bertujuan untuk menemukan cara-cara mengerjakan tugas
lebih kreatif, inovatif dan menajubkan. Strategi ini dapat dilakukan dengan
menghubungkan dua benda yang tampak nya tidak berkaitan, kemudian peserta didik
diminta untuk menghubungkan bahkan menyatukannya.[12]
2.7 Keunggulan
dan Kelemahan Pembelajaran Quantum
1.
Keunggulan
Pembelajaran Quantum
· Melibatkan
teknologi pendidikan terkini karena mempunyai basis Neurosains (cara kerja otak)
yang kuat.
· Memberi
kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi pelajaran sesuai
modalitas belajar (SAVI) yang dimiliki masing-masing peserta didik.
· Strategi
pembelajaran quantum memberi peluang kepada semua peserta didik untuk mencapai
lompatan prestasi belajar secara menakjubkan.
· Setiap
upaya belajar peserta didik dihargai dengan reward yang sepadan, sehingga
peserta didik semakin termotivasi belajar untuk mendapatkan reward
sebaik-baiknya.[13]
2.
Kelemahan
Pembelajaran Quantum
· Lebih
menekankan kepada kompetisi individual dalam mencapai prestasi belajar,
sehingga aspek sosial dan kerja sama kurang berkembang.
· Lebih
menekankan prestasi belajar dalam hal akademik intelektual, namun kurang
menaruh perhatian pada aspek moral, karakter, kepribadian maupun akhlak.[14]
BAB III
KESIMPULAN
Kami
menyimpulkan bahwa pembelajaran quantum merupakan metode pembelajaran yang
dikembangkan oleh Bobby DePorter dan Mike Hernacki yang mengedepankan
pembelajaran yang imajinatif dan teknik-teknik
yang efektif dalam belajar. Asas utama pembelajaran quantum learning adalah
membawa dunia siswa ke dalam dunia guru, dan mengantarkan dunia guru ke dunia
siswa dengan prinsip utama subjek belajar adalah siswa. Guru hanya sebagai
fasilitator, sehingga guru harus memahami potensi siswa terlebih dahulu. Salah
satu cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah mengaitkan apa yang akan
diajarkan dengan peristiwa- peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang
diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan
masyarakat.
Pada dasarnya siswa selalu menginginkan materi
pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka
panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi
ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang
telah dipelajari, mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya
ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan
dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Istarani & Muhammad Ridwan, 50 Tipe, Strategi dan Teknik Pembelajaran
Kooperatif, (Medan:Media Persada,2015),
Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani,2012)
Mardianto,Psikologi Pendidikan. (Medan:Perdana Publishing, 2012)
Istarani &
Muhammad Ridwan, 50 Tipe, Strategi dan
Teknik Pembelajaran Kooperatif, (Medan:Media Persada,2015)
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya, 2013)
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran.
(Bandung:CV.Alfabeta, 2009)
[1]
Istarani & Muhammad Ridwan, 50 Tipe,
Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif, (Medan:Media Persada,2015), h.
29-30
[2]
Hamruni, Strategi Pembelajaran,
(Yogyakarta:Insan Madani,2012) h.55-56
[3] Op,Cit. h.30
[4]
Mardianto,Psikologi Pendidikan. (Medan:Perdana
Publishing, 2012)h.186
[5] Istarani
& Muhammad Ridwan, 50 Tipe, Strategi
dan Teknik Pembelajaran Kooperatif, (Medan:Media Persada,2015), h. .31-32
[6]
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan
Karakter, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2013).h.99
[7] Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta:Insan
Madani,2012) h.58
[8] Ibid, h.64
[9] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya, 2013).h.100-102
[10] Ibid,104-105
[11]
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna
Pembelajaran. (Bandung:CV.Alfabeta, 2009) h.82
[12] Op,Cit, h.106-109
[13] Ibid, h.112-113
[14] Ibid, h.113
Komentar
Posting Komentar